Masjid Agung At-Taqwa

Posted by Abu Bassam on 21.31 with No comments
Inilah Masjid Agung At-Taqwa Kabupaten Wonogiri yang akan kami jadikan tempat untuk Seminar dan Workshop Rehab Hati Qur'anic Healing. 


Sejarah Masjid Agung At-Taqwa Kabupaten Wonogiri

WONOGIRI - Presiden RI ke 2 Soeharto berkenan meresmikan masjid ini bukan semata mata karena ia sebagai presiden. Tetapi karena Soeharto –semasa kecil- sering shalat di masjid Wonogiri. Dulu Soeharto tinggal dan bersekolah di rumah Pak Baitani (Baytani) Wuryantoro. Ketika safar Wuryantoro-Mangkunegaran selalu menyempatkan mampir di masjid Wonogiri.
“Beliau selalu mampir shalat. Kalau tidak shalat dhuha (waktu berangkat) ya shalat ashar,” tutur Mbah Tukijo. Oemar Saleh meninggal tahun 1951 dimakamkan dk Kajen Purwantoro. Kemudian Muhammad Saleh meninggal dan dimakamkan di Purwantoro.
Yang tersisa dari masjid Wonogiri adalah meja tempat kitab suci Al Quran -yang biasa digunakan imam masjid saat itu, dua saka (tiang) masjid -kini digunakan untuk penyangga atap kamar mandi, dan mimbar khutbah yang sampai saat ini masih tetap digunakan, dan tetap tampak kokoh dan antik, tentu ajaran Islam.
Beduknya diwakafkan untuk Ponpes Kyai Idris Cangkring Tirtomyo oleh Bupati Oemarsono pasca pembangunan masjid Agung At Takwa. Masjid Agung Wonogiri kali pertama dibangun dengan ukuran 10 x 10 M2 termasuk serambinya. Bahannya menggunakan kayu jati jawa asli.
Mbah H Tukijo Kepala Rumah tangga Masjid Takwa Wonogiri | Foto Bagus
Oemar Soleh adalah keturunan Muhammad Rohmat seorang Naib yang bertugas di Kabupaten Cirebon. Silsilahnya singkatnya Oemar Saleh dan Muhammad Rahmat nasabnya sampai ke Sunan Ampel. “Jadi adi keturunanya dari trah Sunan Ampel. Yen diurutke nunggal putu nunggal buyut,” tutur Mbah Tukijo.
Kemudian masjid Agung dilestarikan oleh Mbah Rohmat (alm) bersama Abdul Manan (alm) warga Kajen Wonogiri Kota. Abdul Manan waktu itu adalah Kepala Pendidikan Masyarakat (Dinas Pendidikan) dan pernah menjadi Sekda Wonogiri. Saat itu berlaku dua sekda, yaitu Sekretaris Kabupaten dan Sekretaris Daerah.
“Abdul Manan waktu itu kalah oleh kejayaan PNI Marhen. Sehingga Abdul manan lengser dari Sekda,” kata sambil tersenyum. “Kekalahan politik” katanya lagi. Sampailah pengelolaan masjid diamanahkan kepada Tukijo sejak tahun 1950. Tukijo benar benar masih ingat, karena terjadi seusai perang dengan Belanda ke 2.
Tukijo saat itu pegawai Diknas Wonogiri. Ia bekerjasama dengan pegawai Depag (Kementrian agama). Pensiun tahun 1992. Tukijo lahir di Giriwoyo 1925. Ayah Tukijo adalah Dipokarso trah dari Pangeran Diponegoro.
Tukijo adalah penderek KH Abdul Manan. Ibu mertuanya adalah anaknya Oemar Saleh. Sedangkan ayah mertuanya anaknya mbah Muhammad Saleh. “Karena bukan keturunan Mangkunegaran, ayah saya diletakkan di Batuwarno. Capil masih ada,” katanya.
Jaksa pertama di Wonogiri adalah Kertarto dari Madiun. Satu-satunya jaksa muslim yang aktif di masjid Takwa. “Waktu itu lapangan (alun alun) itu tempat penjara. Satu-satunya yang mau shalat hanya jaksa Pak Kertarto,” terang Tukijo lagi.
Rehab kedua pada 1952-1953 oleh Abdul Manan kerjasama dengan Depag Wonogiri, masjid Wonogiri dibangun. Yaitu ditambahi serambi dan pagar besi. Menjelang kendatangan Presiden Soekarno.
“Pemborong pak Nasrun kepala PUDT dan kepala DPU-nya pak Jono, sekira tahun 1954 1955. Yang cari kayu saya. Diperintah oleh Sekda. Masjidnya jadi lebih lebar. Bupatinya waktu itu pak Broto. Pemborongnya pak Karno,” ujarnya.
Rehab membangun dua lantai tahun 1990 swakelola oleh DPU. Pelaksananya Ir Tukijo Wonokarto Kepala DPU waktu itu. Pelaksana teknis Larso Bahuresan. Sekaligus dibangun Menoro dengan dana Rp.900 juta. Menaranya dianggarkan Rp.100 juta.
Pengerjaan menara dilebur kelar dalam sebulan. Masjid Agung At Takwa diresmikan oleh Presiden Soeharto, 3 Maret 1992. Saat itu tanahnya resmi dihibahkan ke pengurus Majid Takwa Wonogiri sebagai aset Pemda.
Dalam struktur kepengurusan Tukijo adalah Kepala Urusan Rumah Tangga sekaligus pelindung. Ketua Takmir Supandi BA. Sekretaris Abdul Karim. Bendahara Mualim. Pengurus lain H Kusman, dan Mulyadi. Muadzin Abdur Rahman
- See more at: http://www.infowonogiri.com/wonogiri-hari-ini/sejarah-masjid-at-takwa-wonogiri-presiden-ri-ke-2-soeharto-semasa-kecil-sering-mampir-shalat/#sthash.ojRyVE4T.dpuf
WONOGIRI - Presiden RI ke 2 Soeharto berkenan meresmikan masjid ini bukan semata mata karena ia sebagai presiden. Tetapi karena Soeharto –semasa kecil- sering shalat di masjid Wonogiri. Dulu Soeharto tinggal dan bersekolah di rumah Pak Baitani (Baytani) Wuryantoro. Ketika safar Wuryantoro-Mangkunegaran selalu menyempatkan mampir di masjid Wonogiri.
“Beliau selalu mampir shalat. Kalau tidak shalat dhuha (waktu berangkat) ya shalat ashar,” tutur Mbah Tukijo. Oemar Saleh meninggal tahun 1951 dimakamkan dk Kajen Purwantoro. Kemudian Muhammad Saleh meninggal dan dimakamkan di Purwantoro.
Yang tersisa dari masjid Wonogiri adalah meja tempat kitab suci Al Quran -yang biasa digunakan imam masjid saat itu, dua saka (tiang) masjid -kini digunakan untuk penyangga atap kamar mandi, dan mimbar khutbah yang sampai saat ini masih tetap digunakan, dan tetap tampak kokoh dan antik, tentu ajaran Islam.
Beduknya diwakafkan untuk Ponpes Kyai Idris Cangkring Tirtomyo oleh Bupati Oemarsono pasca pembangunan masjid Agung At Takwa. Masjid Agung Wonogiri kali pertama dibangun dengan ukuran 10 x 10 M2 termasuk serambinya. Bahannya menggunakan kayu jati jawa asli.
Mbah H Tukijo Kepala Rumah tangga Masjid Takwa Wonogiri | Foto Bagus
Oemar Soleh adalah keturunan Muhammad Rohmat seorang Naib yang bertugas di Kabupaten Cirebon. Silsilahnya singkatnya Oemar Saleh dan Muhammad Rahmat nasabnya sampai ke Sunan Ampel. “Jadi adi keturunanya dari trah Sunan Ampel. Yen diurutke nunggal putu nunggal buyut,” tutur Mbah Tukijo.
Kemudian masjid Agung dilestarikan oleh Mbah Rohmat (alm) bersama Abdul Manan (alm) warga Kajen Wonogiri Kota. Abdul Manan waktu itu adalah Kepala Pendidikan Masyarakat (Dinas Pendidikan) dan pernah menjadi Sekda Wonogiri. Saat itu berlaku dua sekda, yaitu Sekretaris Kabupaten dan Sekretaris Daerah.
“Abdul Manan waktu itu kalah oleh kejayaan PNI Marhen. Sehingga Abdul manan lengser dari Sekda,” kata sambil tersenyum. “Kekalahan politik” katanya lagi. Sampailah pengelolaan masjid diamanahkan kepada Tukijo sejak tahun 1950. Tukijo benar benar masih ingat, karena terjadi seusai perang dengan Belanda ke 2.
Tukijo saat itu pegawai Diknas Wonogiri. Ia bekerjasama dengan pegawai Depag (Kementrian agama). Pensiun tahun 1992. Tukijo lahir di Giriwoyo 1925. Ayah Tukijo adalah Dipokarso trah dari Pangeran Diponegoro.
Tukijo adalah penderek KH Abdul Manan. Ibu mertuanya adalah anaknya Oemar Saleh. Sedangkan ayah mertuanya anaknya mbah Muhammad Saleh. “Karena bukan keturunan Mangkunegaran, ayah saya diletakkan di Batuwarno. Capil masih ada,” katanya.
Jaksa pertama di Wonogiri adalah Kertarto dari Madiun. Satu-satunya jaksa muslim yang aktif di masjid Takwa. “Waktu itu lapangan (alun alun) itu tempat penjara. Satu-satunya yang mau shalat hanya jaksa Pak Kertarto,” terang Tukijo lagi.
Rehab kedua pada 1952-1953 oleh Abdul Manan kerjasama dengan Depag Wonogiri, masjid Wonogiri dibangun. Yaitu ditambahi serambi dan pagar besi. Menjelang kendatangan Presiden Soekarno.
“Pemborong pak Nasrun kepala PUDT dan kepala DPU-nya pak Jono, sekira tahun 1954 1955. Yang cari kayu saya. Diperintah oleh Sekda. Masjidnya jadi lebih lebar. Bupatinya waktu itu pak Broto. Pemborongnya pak Karno,” ujarnya.
Rehab membangun dua lantai tahun 1990 swakelola oleh DPU. Pelaksananya Ir Tukijo Wonokarto Kepala DPU waktu itu. Pelaksana teknis Larso Bahuresan. Sekaligus dibangun Menoro dengan dana Rp.900 juta. Menaranya dianggarkan Rp.100 juta.
Pengerjaan menara dilebur kelar dalam sebulan. Masjid Agung At Takwa diresmikan oleh Presiden Soeharto, 3 Maret 1992. Saat itu tanahnya resmi dihibahkan ke pengurus Majid Takwa Wonogiri sebagai aset Pemda.
Dalam struktur kepengurusan Tukijo adalah Kepala Urusan Rumah Tangga sekaligus pelindung. Ketua Takmir Supandi BA. Sekretaris Abdul Karim. Bendahara Mualim. Pengurus lain H Kusman, dan Mulyadi. Muadzin Abdur Rahman
- See more at: http://www.infowonogiri.com/wonogiri-hari-ini/sejarah-masjid-at-takwa-wonogiri-presiden-ri-ke-2-soeharto-semasa-kecil-sering-mampir-shalat/#sthash.ojRyVE4T.dpuf
 Presiden RI ke 2 Soeharto berkenan meresmikan masjid ini bukan semata mata karena ia sebagai presiden. Tetapi karena Soeharto –semasa kecil- sering shalat di masjid Wonogiri. Dulu Soeharto tinggal dan bersekolah di rumah Pak Baitani (Baytani) Wuryantoro. Ketika safar Wuryantoro-Mangkunegaran selalu menyempatkan mampir di masjid Wonogiri.

“Beliau selalu mampir shalat. Kalau tidak shalat dhuha (waktu berangkat) ya shalat ashar,” tutur Mbah Tukijo. Oemar Saleh meninggal tahun 1951 dimakamkan dk Kajen Purwantoro. Kemudian Muhammad Saleh meninggal dan dimakamkan di Purwantoro.

Yang tersisa dari masjid Wonogiri adalah meja tempat kitab suci Al Quran -yang biasa digunakan imam masjid saat itu, dua saka (tiang) masjid -kini digunakan untuk penyangga atap kamar mandi, dan mimbar khutbah yang sampai saat ini masih tetap digunakan, dan tetap tampak kokoh dan antik, tentu ajaran Islam.

Beduknya diwakafkan untuk Ponpes Kyai Idris Cangkring Tirtomyo oleh Bupati Oemarsono pasca pembangunan masjid Agung At Takwa. Masjid Agung Wonogiri kali pertama dibangun dengan ukuran 10 x 10 M2 termasuk serambinya. Bahannya menggunakan kayu jati jawa asli.

Mbah H Tukijo Kepala Rumah tangga Masjid Takwa Wonogiri | Foto Bagus

Oemar Soleh adalah keturunan Muhammad Rohmat seorang Naib yang bertugas di Kabupaten Cirebon. Silsilahnya singkatnya Oemar Saleh dan Muhammad Rahmat nasabnya sampai ke Sunan Ampel. “Jadi adi keturunanya dari trah Sunan Ampel. Yen diurutke nunggal putu nunggal buyut,” tutur Mbah Tukijo.

Kemudian masjid Agung dilestarikan oleh Mbah Rohmat (alm) bersama Abdul Manan (alm) warga Kajen Wonogiri Kota. Abdul Manan waktu itu adalah Kepala Pendidikan Masyarakat (Dinas Pendidikan) dan pernah menjadi Sekda Wonogiri. Saat itu berlaku dua sekda, yaitu Sekretaris Kabupaten dan Sekretaris Daerah.

“Abdul Manan waktu itu kalah oleh kejayaan PNI Marhen. Sehingga Abdul manan lengser dari Sekda,” kata sambil tersenyum. “Kekalahan politik” katanya lagi. Sampailah pengelolaan masjid diamanahkan kepada Tukijo sejak tahun 1950. Tukijo benar benar masih ingat, karena terjadi seusai perang dengan Belanda ke 2.

Tukijo saat itu pegawai Diknas Wonogiri. Ia bekerjasama dengan pegawai Depag (Kementrian agama). Pensiun tahun 1992. Tukijo lahir di Giriwoyo 1925. Ayah Tukijo adalah Dipokarso trah dari Pangeran Diponegoro.

Tukijo adalah penderek KH Abdul Manan. Ibu mertuanya adalah anaknya Oemar Saleh. Sedangkan ayah mertuanya anaknya mbah Muhammad Saleh. “Karena bukan keturunan Mangkunegaran, ayah saya diletakkan di Batuwarno. Capil masih ada,” katanya.

Jaksa pertama di Wonogiri adalah Kertarto dari Madiun. Satu-satunya jaksa muslim yang aktif di masjid Takwa. “Waktu itu lapangan (alun alun) itu tempat penjara. Satu-satunya yang mau shalat hanya jaksa Pak Kertarto,” terang Tukijo lagi.

Rehab kedua pada 1952-1953 oleh Abdul Manan kerjasama dengan Depag Wonogiri, masjid Wonogiri dibangun. Yaitu ditambahi serambi dan pagar besi. Menjelang kendatangan Presiden Soekarno.

“Pemborong pak Nasrun kepala PUDT dan kepala DPU-nya pak Jono, sekira tahun 1954 1955. Yang cari kayu saya. Diperintah oleh Sekda. Masjidnya jadi lebih lebar. Bupatinya waktu itu pak Broto. Pemborongnya pak Karno,” ujarnya.

Rehab membangun dua lantai tahun 1990 swakelola oleh DPU. Pelaksananya Ir Tukijo Wonokarto Kepala DPU waktu itu. Pelaksana teknis Larso Bahuresan. Sekaligus dibangun Menoro dengan dana Rp.900 juta. Menaranya dianggarkan Rp.100 juta.

Pengerjaan menara dilebur kelar dalam sebulan. Masjid Agung At Takwa diresmikan oleh Presiden Soeharto, 3 Maret 1992. Saat itu tanahnya resmi dihibahkan ke pengurus Majid Takwa Wonogiri sebagai aset Pemda.

Dalam struktur kepengurusan Tukijo adalah Kepala Urusan Rumah Tangga sekaligus pelindung. Ketua Takmir Supandi BA. Sekretaris Abdul Karim. Bendahara Mualim. Pengurus lain H Kusman, dan Mulyadi. Muadzin Abdur Rahman
WONOGIRI - Presiden RI ke 2 Soeharto berkenan meresmikan masjid ini bukan semata mata karena ia sebagai presiden. Tetapi karena Soeharto –semasa kecil- sering shalat di masjid Wonogiri. Dulu Soeharto tinggal dan bersekolah di rumah Pak Baitani (Baytani) Wuryantoro. Ketika safar Wuryantoro-Mangkunegaran selalu menyempatkan mampir di masjid Wonogiri.
“Beliau selalu mampir shalat. Kalau tidak shalat dhuha (waktu berangkat) ya shalat ashar,” tutur Mbah Tukijo. Oemar Saleh meninggal tahun 1951 dimakamkan dk Kajen Purwantoro. Kemudian Muhammad Saleh meninggal dan dimakamkan di Purwantoro.
Yang tersisa dari masjid Wonogiri adalah meja tempat kitab suci Al Quran -yang biasa digunakan imam masjid saat itu, dua saka (tiang) masjid -kini digunakan untuk penyangga atap kamar mandi, dan mimbar khutbah yang sampai saat ini masih tetap digunakan, dan tetap tampak kokoh dan antik, tentu ajaran Islam.
Beduknya diwakafkan untuk Ponpes Kyai Idris Cangkring Tirtomyo oleh Bupati Oemarsono pasca pembangunan masjid Agung At Takwa. Masjid Agung Wonogiri kali pertama dibangun dengan ukuran 10 x 10 M2 termasuk serambinya. Bahannya menggunakan kayu jati jawa asli.
Mbah H Tukijo Kepala Rumah tangga Masjid Takwa Wonogiri | Foto Bagus
Oemar Soleh adalah keturunan Muhammad Rohmat seorang Naib yang bertugas di Kabupaten Cirebon. Silsilahnya singkatnya Oemar Saleh dan Muhammad Rahmat nasabnya sampai ke Sunan Ampel. “Jadi adi keturunanya dari trah Sunan Ampel. Yen diurutke nunggal putu nunggal buyut,” tutur Mbah Tukijo.
Kemudian masjid Agung dilestarikan oleh Mbah Rohmat (alm) bersama Abdul Manan (alm) warga Kajen Wonogiri Kota. Abdul Manan waktu itu adalah Kepala Pendidikan Masyarakat (Dinas Pendidikan) dan pernah menjadi Sekda Wonogiri. Saat itu berlaku dua sekda, yaitu Sekretaris Kabupaten dan Sekretaris Daerah.
“Abdul Manan waktu itu kalah oleh kejayaan PNI Marhen. Sehingga Abdul manan lengser dari Sekda,” kata sambil tersenyum. “Kekalahan politik” katanya lagi. Sampailah pengelolaan masjid diamanahkan kepada Tukijo sejak tahun 1950. Tukijo benar benar masih ingat, karena terjadi seusai perang dengan Belanda ke 2.
Tukijo saat itu pegawai Diknas Wonogiri. Ia bekerjasama dengan pegawai Depag (Kementrian agama). Pensiun tahun 1992. Tukijo lahir di Giriwoyo 1925. Ayah Tukijo adalah Dipokarso trah dari Pangeran Diponegoro.
Tukijo adalah penderek KH Abdul Manan. Ibu mertuanya adalah anaknya Oemar Saleh. Sedangkan ayah mertuanya anaknya mbah Muhammad Saleh. “Karena bukan keturunan Mangkunegaran, ayah saya diletakkan di Batuwarno. Capil masih ada,” katanya.
Jaksa pertama di Wonogiri adalah Kertarto dari Madiun. Satu-satunya jaksa muslim yang aktif di masjid Takwa. “Waktu itu lapangan (alun alun) itu tempat penjara. Satu-satunya yang mau shalat hanya jaksa Pak Kertarto,” terang Tukijo lagi.
Rehab kedua pada 1952-1953 oleh Abdul Manan kerjasama dengan Depag Wonogiri, masjid Wonogiri dibangun. Yaitu ditambahi serambi dan pagar besi. Menjelang kendatangan Presiden Soekarno.
“Pemborong pak Nasrun kepala PUDT dan kepala DPU-nya pak Jono, sekira tahun 1954 1955. Yang cari kayu saya. Diperintah oleh Sekda. Masjidnya jadi lebih lebar. Bupatinya waktu itu pak Broto. Pemborongnya pak Karno,” ujarnya.
Rehab membangun dua lantai tahun 1990 swakelola oleh DPU. Pelaksananya Ir Tukijo Wonokarto Kepala DPU waktu itu. Pelaksana teknis Larso Bahuresan. Sekaligus dibangun Menoro dengan dana Rp.900 juta. Menaranya dianggarkan Rp.100 juta.
Pengerjaan menara dilebur kelar dalam sebulan. Masjid Agung At Takwa diresmikan oleh Presiden Soeharto, 3 Maret 1992. Saat itu tanahnya resmi dihibahkan ke pengurus Majid Takwa Wonogiri sebagai aset Pemda.
Dalam struktur kepengurusan Tukijo adalah Kepala Urusan Rumah Tangga sekaligus pelindung. Ketua Takmir Supandi BA. Sekretaris Abdul Karim. Bendahara Mualim. Pengurus lain H Kusman, dan Mulyadi. Muadzin Abdur Rahman
- See more at: http://www.infowonogiri.com/wonogiri-hari-ini/sejarah-masjid-at-takwa-wonogiri-presiden-ri-ke-2-soeharto-semasa-kecil-sering-mampir-shalat/#sthash.ojRyVE4T.dpuf
WONOGIRI - Presiden RI ke 2 Soeharto berkenan meresmikan masjid ini bukan semata mata karena ia sebagai presiden. Tetapi karena Soeharto –semasa kecil- sering shalat di masjid Wonogiri. Dulu Soeharto tinggal dan bersekolah di rumah Pak Baitani (Baytani) Wuryantoro. Ketika safar Wuryantoro-Mangkunegaran selalu menyempatkan mampir di masjid Wonogiri.
“Beliau selalu mampir shalat. Kalau tidak shalat dhuha (waktu berangkat) ya shalat ashar,” tutur Mbah Tukijo. Oemar Saleh meninggal tahun 1951 dimakamkan dk Kajen Purwantoro. Kemudian Muhammad Saleh meninggal dan dimakamkan di Purwantoro.
Yang tersisa dari masjid Wonogiri adalah meja tempat kitab suci Al Quran -yang biasa digunakan imam masjid saat itu, dua saka (tiang) masjid -kini digunakan untuk penyangga atap kamar mandi, dan mimbar khutbah yang sampai saat ini masih tetap digunakan, dan tetap tampak kokoh dan antik, tentu ajaran Islam.
Beduknya diwakafkan untuk Ponpes Kyai Idris Cangkring Tirtomyo oleh Bupati Oemarsono pasca pembangunan masjid Agung At Takwa. Masjid Agung Wonogiri kali pertama dibangun dengan ukuran 10 x 10 M2 termasuk serambinya. Bahannya menggunakan kayu jati jawa asli.
Mbah H Tukijo Kepala Rumah tangga Masjid Takwa Wonogiri | Foto Bagus
Oemar Soleh adalah keturunan Muhammad Rohmat seorang Naib yang bertugas di Kabupaten Cirebon. Silsilahnya singkatnya Oemar Saleh dan Muhammad Rahmat nasabnya sampai ke Sunan Ampel. “Jadi adi keturunanya dari trah Sunan Ampel. Yen diurutke nunggal putu nunggal buyut,” tutur Mbah Tukijo.
Kemudian masjid Agung dilestarikan oleh Mbah Rohmat (alm) bersama Abdul Manan (alm) warga Kajen Wonogiri Kota. Abdul Manan waktu itu adalah Kepala Pendidikan Masyarakat (Dinas Pendidikan) dan pernah menjadi Sekda Wonogiri. Saat itu berlaku dua sekda, yaitu Sekretaris Kabupaten dan Sekretaris Daerah.
“Abdul Manan waktu itu kalah oleh kejayaan PNI Marhen. Sehingga Abdul manan lengser dari Sekda,” kata sambil tersenyum. “Kekalahan politik” katanya lagi. Sampailah pengelolaan masjid diamanahkan kepada Tukijo sejak tahun 1950. Tukijo benar benar masih ingat, karena terjadi seusai perang dengan Belanda ke 2.
Tukijo saat itu pegawai Diknas Wonogiri. Ia bekerjasama dengan pegawai Depag (Kementrian agama). Pensiun tahun 1992. Tukijo lahir di Giriwoyo 1925. Ayah Tukijo adalah Dipokarso trah dari Pangeran Diponegoro.
Tukijo adalah penderek KH Abdul Manan. Ibu mertuanya adalah anaknya Oemar Saleh. Sedangkan ayah mertuanya anaknya mbah Muhammad Saleh. “Karena bukan keturunan Mangkunegaran, ayah saya diletakkan di Batuwarno. Capil masih ada,” katanya.
Jaksa pertama di Wonogiri adalah Kertarto dari Madiun. Satu-satunya jaksa muslim yang aktif di masjid Takwa. “Waktu itu lapangan (alun alun) itu tempat penjara. Satu-satunya yang mau shalat hanya jaksa Pak Kertarto,” terang Tukijo lagi.
Rehab kedua pada 1952-1953 oleh Abdul Manan kerjasama dengan Depag Wonogiri, masjid Wonogiri dibangun. Yaitu ditambahi serambi dan pagar besi. Menjelang kendatangan Presiden Soekarno.
“Pemborong pak Nasrun kepala PUDT dan kepala DPU-nya pak Jono, sekira tahun 1954 1955. Yang cari kayu saya. Diperintah oleh Sekda. Masjidnya jadi lebih lebar. Bupatinya waktu itu pak Broto. Pemborongnya pak Karno,” ujarnya.
Rehab membangun dua lantai tahun 1990 swakelola oleh DPU. Pelaksananya Ir Tukijo Wonokarto Kepala DPU waktu itu. Pelaksana teknis Larso Bahuresan. Sekaligus dibangun Menoro dengan dana Rp.900 juta. Menaranya dianggarkan Rp.100 juta.
Pengerjaan menara dilebur kelar dalam sebulan. Masjid Agung At Takwa diresmikan oleh Presiden Soeharto, 3 Maret 1992. Saat itu tanahnya resmi dihibahkan ke pengurus Majid Takwa Wonogiri sebagai aset Pemda.
Dalam struktur kepengurusan Tukijo adalah Kepala Urusan Rumah Tangga sekaligus pelindung. Ketua Takmir Supandi BA. Sekretaris Abdul Karim. Bendahara Mualim. Pengurus lain H Kusman, dan Mulyadi. Muadzin Abdur Rahman
- See more at: http://www.infowonogiri.com/wonogiri-hari-ini/sejarah-masjid-at-takwa-wonogiri-presiden-ri-ke-2-soeharto-semasa-kecil-sering-mampir-shalat/#sthash.ojRyVE4T.dpuf